Selasa, 15 Desember 2015

The Perks of Being Secretary Series (sneak preview)



Sekretaris. Apa yang kalian pikirkan ketika mendengar kata ini? Cantik. Fashionable. High Heel. Seksi. Bibir merah merona. Simpanan bos-bos? Hah? Hahaha... begitu kali ya pikiran cowok-cowok pada umumnya. Sekretaris woi, Bukan NM. Ups. Kalau pikiran cewek bagaimana ya? This one, I have no idea at all. Tapi buat cowok-cowok sayang sekali harus kecewa. Sekretaris yang bakal gue ceritain disini tak lain dan tak bukan adalah sosok yang sangat berbeda dari ciri-ciri yang gue sebut di atas. Ganteng. Tinggi. Kurus tapi cukup berotot. Fashionable iya but high heel? absolutely no. Siapa sih? Gue sendiri. What? Najis.

The point is not those things. Hari gini masih bawa-bawa fisik? Zaman sekarang itu yang dicari otak bukan fisik. Siapa bilang? At some points I totally agree that physical doesn't matter. Maksud gue, jangan jadikan keterbatasan fisik sebagai penghalang untuk kita menggapai cita-cita. Untuk kita melakukan hal-hal besar. But, for some jobs like secretary physical is important. It is at the top of requirements list. Nggak perlu panjang lebar sih, inti yang mau gue sampaikan disini adalah akui saja kalau gue itu physically great looking sehingga gue sekarang jadi sekretaris #kemudian_kabur.

Nope. I am still here. Nggak kabur kemana-mana. Untuk kalian yang masih mikir, beneran gue jadi sekretaris? Sekretaris apaan? Ini gue mau jelasin. About a month ago. Lirik kalender. Astaga cepat sekali sudah sebulan lebih gue jadi sekretaris. Yeah, about a month ago, ada mutasi besar-besaran di organisasi tempat gue mengabdi. Some people got lucky. Akhirnya setelah bertahun-tahun menanti, mereka di mutasi juga ke kampung halaman. Some people got promotion. Meskipun mereka harus mutasi ke daerah terpencil dan jauh dari kampung halaman, tetapi begitulah bentuk pengabdian kami di organisasi ini (lebih tepatnya bagi negeri ini).

To be continued...