Kamis, 17 September 2015

About Letting It Go


Hai.. malam ini aku susah tidur lagi. Aku mencoba menonton serial, 7 episode kuselesaikan mulai jam 6 petang hingga tengah malam ini. Salah satu episodenya mengingatkanku akan suatu ilustrasi. Ilustrasi yg ketika pertama kali mendengarnya, aku sempat menitikkan air mata.

Seorang anak kecil, mungkin usianya 5 tahun. Ia begitu senang ketika sore hari ayahnya sudah pulang kerja. Wajar ia senang. Memang tidak biasanya begitu. Selain itu ayahnya juga membawakannya mainan replika pesawat terbang.

Mainan itu seketika menjadi favoritnya. Ia menghabiskan sisa hari itu memainkannya. Namun sayangnya ketika matanya sudah mulai mengantuk, tidak sengaja ditabrakkannya replika pesawat itu ke dinding dan rusak. Tidak hancur parah memang tapi pecah menjadi beberapa keping.

Anak itu sedih tapi dia tetap bersemangat. Ia mencoba memperbaikinya. Sekali gagal ia tidak putus asa dan dicoba lagi. Ketika ayahnya hendak mengajaknya tidur, dilihatnya ia sedang memperbaiki mainan barunya yang rusak itu. Ayahnya menawarkan bantuan untuk memperbaikinya. Tetapi anak itu menolak. Dimintanya sang ayah untuk menunggunya di kamar. Ia berjanji akan menyusul setelah selesai memperbaiki mainan itu. Dia begitu gigih mencoba memperbaikinya lagi dan lagi. Namun sayang, ia masih belum berhasil.

Anak itu kemudian merasa sedih dan putus asa. Ia masuk ke kamar dan memohon bantuan ayahnya untuk memperbaikinya. Seketika itu juga ayahnya memperbaiki mainan itu dan berhasil. Tidak bagus benar memang seperti sore tadi. Tapi itu cukup membuat anak itu senang dan akhirnya dia tertidur nyenyak di pelukan ayahnya.

Ya, mainanku rusak saat ini. Aku punya masalah dan aku sedang mencoba memperbaikinya sendiri. Aku tahu betul apa-apa yang harus kulakukan untuk memperbaikinya. Misalnya, aku harus mengalah. Di dunia ini ada hal-hal yang bisa kukendalikan. Ada juga yang tidak. Aku harus mengalah dan berhenti mengendalikan hal-hal yang di luar kendaliku dan berjuang untuk mengendalikan hal-hal yang berada di bawah kendaliku.

Itu tidak mudah. Aku masih belum berhasil. Beberapa orang sangat egois dan menuntut banyak dariku. Aku ingin mereka berhenti dan melakukan sebaliknya. Mendukung alih-alih menuntut. Tapi aku bisa apa untuk memaksa mereka mengikuti aturanku. Yang kubisa hanyalah mengendalikan keinginanku, memahami mereka dan mengalah. Berkorban dengan ikhlas untuk mereka. Tapi ini juga sulit untuk kulakukan. Aku hanya manusia sama seperti mereka. Aku lelah. Sudah beberapa hari aku tidak bisa merasakan tidur nyenyak itu. Mungkin ini saatnya kuserahkan mainanku untuk diperbaiki Tuhanku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar